Review : GO AHEAD CHALLENGE ARTWARDING NIGHT 2016

eventsNewsReviews

Written by:

Cover Photo: Yose Riandi

Sejak dimulainya Go Ahead Challenge 2016 bulan April lalu, terhitung 22,261 karya yang di daftarkan ke goaheadpeople.com. Data ini didapat dari rilisan pers yang kami terima. Dan sabtu, 20 November kemarin menjadi saksi terpilihnya para pemenang di malam final yang bertajuk Artwarding Night. Bagi kalian yang belum tahu apa itu Go Ahead Challenge (GAC) adalah sebuah platform yang diperuntukan bagi kalian yang mempunyai hasrat dalam berkarya, mencari ruang-ruang baru untuk belajar dan berinteraksi dengan khalayak luas.

gac-artwarding-night-2016-collaboration-bottlesmoker-x-stars-rabbit-foto-oleh-yose-riandi

Foto: Yose Riandi

Mengambil tempat di Gudang Sarinah yang disulap habis-habisan oleh tim kreatif panitia acara dengan berbagai instalasi menarik mata. Panggung besar itu dibuka oleh L’alphalpha, lalu dilanjut oleh grup eksperimental-rock yang penampilannya selalu mengagumkan, The Trees & The Wild. Turut pula Studiorama Ensemble berisikan musisi yang sedang naik namanya, sebut saja salah satunya Vira Talisa sebagai pemimpin grup ini. Kurang rasanya kalau tidak melihat emerging bands yang khusus dihadirkan untuk menunjukan taring mereka sebagai perwakilan dari finalis GAC. Seperti Jim Jack, Morganostic, Piston dan Ocsila Purba (Ocy). Menurut kami pribadi, masing-masing band punya keunikan dalam musiknya, jadi penasaran siapa yang akan menang diantara mereka nanti malam.

Sewaktu jeda maghrib tiba, menjadi kesempatan kami melihat instalasi-intalasi dari berbagai bidang di ARTOSPORA 2016. Jadi tidak hanya musik saja. Ada dari visual art, fotografi, dan juga style. Para finalis saling berkolaborasi bersama para seniman-seniman favoritnya. Seperti salah satu karya favorit kami, Ridwan Badar bersama Agan Harahap. Menyinggung isu konflik sosial tentang sentimen agama dan ras yang telah menjadi konsumsi massal belakangan ini. Foto beras yang berlafalkan huruf arab dengan bunyi isi sumpah pemuda menjadi suatu respon bahwa sumpah yang digagas oleh para pendiri sebelumnya kini kehilangan maknanya. Memang itu tujuannya ARTOSPORA 2016 dibuat yang bukan sekedar ajang pamer karya para finalis, namun juga mampu menjadi ruang bertukar pengetahuan dan informasi.

Under The Big Bright Yellow Sun malam itu memberi suguhan spesial, bersama Parahyena menderu dengan nada-nada destruktif penuh harapan. Polka Wars pun lanjut dan langsung menghipnotis dengan suara vokalis yang menggugah sewaktu membawakan ‘Mokele’, ‘Caroline’ dan ‘Piano Song’. Sehabis itu ada kolaborasi maha magis nan muktahir, mengkombinasikan folk music dengan electro-pop. Dimulai Stars and Rabbit bersama Bottlesmoker membawakan beberapa materi masing-masing. Ditambah suara Elda Suryani yang membuat merinding saking lantangnya. Ada nuansa dub’nya sedikit saat membawakan materinya Bottlesmoker.Usai Elda ddan kawan-kawan menyudahi aksinya disambung dengan Henry ‘Batman’ Foundation bersama duo Nobie dan Angkuy membawakan ulang “I Just Can’t Get Enough” kepunyaan Depeche Mode. Lalu dilanjut dengan Goodnight Electric bersinergi dengan Bottlesmoker. “Akhirnya bisa berkolaborasi dengan musisi idola! Goodnight Electric dan Stars and Rabbit salah dua musisi senior yang menginspirasi kami untuk terus konstan bertahan di industri ini dengan mengasah ide dan belajar terus nggak ada habisnya” ujar Ryan “Nobie” Adzani (Bottlesmoker)  sewaktu gelaran konferensi pers di ruangan lain. Sehabis kolaborasi tersebut, inilah yang ditunggu-tunggu. Pengumuman pemenang Go Ahead Challenge 2016.

gac-artwarding-night-2016-winner-foto-oleh-dimas-aryana-1

Foto: Dimas Aryana

“Mengharukan! Melihat perkembangan talenta kedua belas finalis tahun ini mulai dari tahap seleksi pertama, instalasi karya di Soundrenaline 2016, hingga tantangan terakhir, dimana mereka unjuk diri dalam ruang pameran kolektif “Artospora 2016”. Semoga langkah mereka mendalami passion tidak terhenti sampai Go Ahead Challenge saja”, pungkas Anton Ismael, kurator dari bidang fotografi. Nyatanya terpilih lah Yulio Abdul Syafik (musik), Ridhwan Badar (fotografi), Kurniawan Ramadhan (visual art) dan John Martin (style). Oia, ada Rato Tanggela dari subkultur visual art terpilih menjadi pemenang favorit juga. Semuanya akan diberangkatkan ke Amsterdam untuk memperkaya referensi berkarya mereka.

Dilanjut #KolaborasiMahaBising antara Morfem dengan The Brandals. Kolaborasi dengan vokalis yang maha liar pula. Kapan lagi kalian bisa liat Eka Annash bersama Jimi Multhazam satu proyek musik di atas panggung? Ditambah pilihan-pilihan lagu ciamik dari masing-masing band. Jimi pun bilang bahwa “Kolaborasi dengan The Brandals membawa gue kembali ke masa awal pertama kami berdua manggung. Sama-sama merintis band secara otodidak, kami berjuang dengan menganut jurus tiga kunci. Pertemuan nada-nada rumit dari lagu Morfem dan The Brandals inilah yang menjadi kunci spesialnya penampilan kami.” Dan hasilnya? Sebuah kombinasi pamungkas “Obsesi Mesin Kota” dengan “Pilih Sidang Atau Berdamai” sebagai penutup acara Artwarding Night. Kami pun hanya bisa geleng-geleng kepala sambil meluncur pulang. Kedua tembang itu dibawakan tanpa cacat cela tanpa mengurangi kesakralannya. Sungguh edan!

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *