Comic Reviews: Alakazam & Dua Warna

Reviews

Written by:

Yeah Komik lokal kembali menggeliat di dunia mainstream industri komik nasional. Kita akan memulai membahas dua judul komik tersebut, Alakazam dan Dua Warna. Memang yang terbit bukan hanya dua judul tersebut, tapi yang menonjol bagi saya hanya dua judul tersebut..

Generasi kesekian komik mainstream nasional ini telah terbit sampai dengan nomer ketiga sehingga kekhawatiran saya akan tidak konsekwennya penerbit dalam menerbitkan seri sampai tamat mulai menghilang, .. karena saya sudah bosan hanya membaca komik nasional hanya sampai nomer satu, dan terpaksa mengarang ngarang sendiri lanjutannya.

Alakazam becerita mengenai dunia pada suatu masa dimana tidak hanya manusia sebagai mahluk berintelegensia dan berbudaya. Dimana manusia menjadi penjajah bangsa lainnya. Tokoh utama bernama Sati yang berpetualang menjelajahi negeri.

Gaya gambar Donny Kurnia tampak seperti perpaduan gaya Amerika dan Eropa, gaya Eropa terasa sekali terutama pada goresan tintanya. Tampak juga dia membaca mulai dari komik superhero ala marvel dan sejenisnya sampai ke komik Disney .

Pergerakan badan, mimik muka, postur dan gestur sudah cukup terolah baik. beserta gambar latar belakangnya.

Dari segi cerita mempunyai nilai Plus dan Minus nya sendiri.. cerita cerita seperti ini jarang ditemui di komik komik lokal maupun luar negeri, jelas kreatifitas si pembuat cerita cukup luas. Tapi sayang dalam beberapa bagian ceritanya berjalan terlalu cepat, sehingga beberapa bagian yang menurut saya dapat menjadi dramatis justru hilang atau berkurang kadar dramatisnya. Alur cerita pada buku satu dan dua kadang berjalan terlalu cepat, sedangkan di buku tiga seakan melambat. Misalnya pada bagian kemunculan awal Sati, saat ia sedang merapal sihir ke air, adegan tersebut dapat dibuat menjadi indah, atau diperbesar menjadi satu halaman. Tapi justru dipepet menjadi beberapa panel kecil. Tapi bagian dibuku ketiga banyak sekali gambar gambar yang diperbesar panelnya walaupun tidak terlampau penting.

Pada bagian penghurufan buku ini mempunyai nilai minus. Huruf yang dipakai sangat tidak bervariasi, sehingga membaca kata kata orang marah sama rasanya dengan membaca orang berbahagia. . kita baru bisa tau kalau dia marah hanya dapat melalui mimik muka yang digambar.

Penulisan balon text. Kata kata yang dipergunakan tokoh tokoh disini dengan amat jelas terpengaruh komik komik Eropa terjemahan, dengan kata kata sindiran penuh makna yang kasar. Tapi penggunaannya yang berlebihan menjadikannya membuat saya berfikir bahwa semua orang di dunia cerita Alakazam memiliki sifat yang mirip (suka memaki maki dan menyindir).bahkan kata kata berisi sindiran disini bisa lebih banyak dari satu jilid Tintin bersama Kapten Haddock.

Salah satu kelemahan buku ini adalah mudah tertebaknya jalan cerita. Terutama tentang pemuda misterius bernama Tani… hmm. Pada epilogue buku kedua, orang orang tentu akan dengan mudahnya menebak bahwa anak muda tampan tersebut adalah Tani. Jadi tulisan diawal buku tiga sangatlah tidak perlu, malah terkesan memberikan pertanyaan yang sudah pasti jawabannya ?apakah pemuda ini adalah Tani??, cukup membuat sebal, karena spoiler malah dilakukan oleh komik itu sendiri . daripada begitu tentu lebih baik tidak perlu saja, atau akan lebih baik ditulis ?yupp kamu benar dia adalah Tani?… padahal dibuku yang sama ada cara yang jauh lebih baik untuk menjelaskan bahwa dia ada Tani, yaitu di side storynya yang cukup menyentuh.

Tapi diluar kekurangan tersebut saya tetap akan memuji sekali lagi kepada pengolahan grafik komik ini. Yang sangat menghibur hati. Mari kita beri acungan 4 jempol untuk grafik. 4 jempol lagi untuk seluruh komik Dan lima jempol untuk semangat mereka membuat komik ini. Dengan skala 1-10 nilai untuk Alakazam 8.9

Mari merangkak ke buku satu lagi Dua Warna. Bikinan Alfie. Orang yang tampaknya tergila gila dengan profesi ngomik. Gambar gambarnya memiliki ciri khas,. Gambarnya yang terlihat jelas terpengaruh oleh Joe Madureira ini sudah terlihat sejak saya mulai membeli Koin (komik Indonesia) dan Komikka dua media komik berisi kompilasi kompilasi komik yang sayangnya dua media tersebut terhenti ditengah jalan. Jadi saya tidak sempat membaca dua komik Alfie disitu sampai tamat. Semoga kali ini bisa sampai tamat. 😛

Oh ya mari membahas komik ini dengan lebih teknis. .

Konsistensi gambar Alfi disini tampaknya berkurang, terlihat dari detail detail yang dibagian lain sangat detail sekali, tapi disatu bagian lain sangat tidak detil. Bahkan dibeberapa bagian terlihat seperti sedang mengejar target atau seperti sedang mengejar mood cerita. Sehingga terlihat hanya sebagai sketsa kasar.. tapi semuanya tertolong oleh brilian nya pasukan pewarna komik ini.

Cerita yang ditawarkan cukup unik, unsur unsur mistik dipadukan dengan unsur unsur modern. Tapi pembangunan jalan cerita tampak rumit, entah terlalu berat atau kenapa, jadi agak bingung untuk nyambungin jalan ceritanya. Membingungkan bagaimana seorang anak penghuni panti asuhan diusir oleh pengelola panti asuhan dan bisa nongkrong dikebun binatang ragunan malam malam. Dan keanehan lainnya seperti saat mencari nenek dukun di sungai Barito, tampaknya Vienneta memiliki keberuntungan yang amat sangat sehingga bisa langsung menemukan si nenek didesa terpencil itu, yang sangat terpencil bahkan hanya ada satu rumah berisi satu nenek disitu, dan kalau kamu cukup pandai untuk pernah naik kelas dari kelas satu SD ke kelas dua SD, maka kamu akan menemukan beberapa kejanggalan lain..

tapi ayo kita bedakan antara hayalan dan kejanggalan, ,.

Dalam komik kita memang membutuhkan hayalan, contoh : Adanya Naggi si kadal ajaib adalah hayalan, adanya candi di krakatau adalah hayalan, ada manusia bersayap adalah hayalan. Tapi seorang anak SMU diizinkan menemui seorang gila cenderung schizoprenic bernama Sam tanpa pengawasan adalah sebuah kejanggalan. Apalagi sampai dapat menyelinap waktu malam, apa rumah sakit jiwa itu ga pernah dikunci? . tapi mungkin semua itu memang sengaja dipermudah oleh pengarang sehingga ceritanya bisa berjalan dengan agak runut, walau akhirnya menimbulkan keanehan dalam membaca cerita ini.

Suspense yang diharapkan juga kurang berhasil disini. Saat nenek pedagang di edisi kedua yang tiba tiba tertembak, dan menimbulkan kemarahan ultra sapiens. Atau saat saat tegang Vienetta terinfeksi virus,.sehingga keseluruhan buku berjalan datar saja, bahkan cenderung membosankan, apalagi ditambah kenyataan harganya lebih mahal duaribu dari Alakazam, hanya untuk lebih lama mendalami cerita yang kurang dalam dan datar.

Dari segi penghurufan, buku ini cenderung lebih bervariasi. Sehingga efek efek suara yang timbul dapat lebih terasa,

Dari segi imajinasi tampaknya si pengarang cerita mempunyai bakat yang sangat besar, tapi ia perlu untuk menggali lebih dalam lagi kemampuannya membangun sebuah cerita yang utuh dan runut dalam sebuah komik. Jika keduanya sudah terasah dengan baik. Maka ada jaminan mutu bahwa komik berikutnya akan menjadi jauh lebih baik.

Secara keseluruhan buku ini akan mendapat nilai 7.9 dari skala 1-10..

Melihat kedua komik ini, seharusnya membuat para komikus muda berbakat lainnya untuk memulai membuat komiknya yang lebih baik lagi. Baik di dunia mainstream maupun dunia indie.

Sebenarnya komik karya komikus lokal yang sudah menembus mainstream bukan hanya kedua komik ini, sudah ada beberapa komik lokal lainnya bergenre manga diterbitkan oleh Elex, juga komik komik lainnya seperti Panji Koming, Tomat yang sangat lucu sekali,. Tapi kedua komik ini lebih menarik perhatian saya saat ini.. dan mungkin berikutnya saya akan membahas tentang komik Tomat.

Eric Wiryanata, October 2004

0 Replies to “Comic Reviews: Alakazam & Dua Warna”

  1. pencuri says:

    coba deh baca komik “sc” atow super condom…
    keren…
    unik…
    serius!!!!!
    baca deh!!!
    ngasal tapi idenya brilian!!!!

  2. LorD Of ComX says:

    aku dah baca komik ini, dari segi cerita sih lumayan

    tapi gambarnya kelihatan kurang spiritnya

    coba kalau lebih mendetail lagi

    apalagi saya juga komikus SMA

    rasanya kurang puas aja, dan saya mohon dengan sangat

    tingkatkan lagi kualitas per-komikan di Indonesia

Leave a Reply to pencuri Cancel reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *