Gig Review: Nylon ID Music Festival & Hurts Live in Indonesia

News

Written by:

Dua hari menjelang ujian akhir semester di kampus saya, Jakarta kedatangan salah satu unit synth-pop paling signifikan di Inggris dalam dua tahun belakangan. Ya, Sabtu 7 Mei 2011, akhirnya Hurts menggelar konser perdananya di Indonesia. Bertempat di Epicentrum Kuningan, konser mereka akan lebih dahulu dibuka dengan sederet penampilan band lokal yang oleh Nylon Magazine Indonesia disebut sebagai, “The Most Potenstial Local Musicians”. Itulah mengapa, pilihan saya sudah jelas: tunda belajar, berangkat ke Jakarta.

Sekitar pukul enam sore, Bottlesmoker naik pentas dan menjadi penampil lokal pertama malam itu. Seperti biasa duet maut ini tampil asik sendiri di atas panggung. Sebuah aksi mini ber-performa maksi, tanpa perduli bahwa baru segelintir penonton hadir saat mereka pentas. Swimming Elephants melanjutkan estafet sebagai penampil kedua malam itu. Ini kali pertama saya menyimak aksi live mereka, dan kalau boleh mencuri komentar dari Herald Reynaldo Sinaga, “The first song from Swimming Elephants is really mind blowing….”

Jirapah menjadi aksi ketiga malam itu, cukup menguasai panggung dengan vokalis yang sekilas mirip Erlend Oye dalam versi yang lebih tampan. Angsa & Serigala juga menyenangkan untuk disimak. Jelas sekali mereka masih tergila-gila pada Arcade Fire. Namun setidaknya dengan marching semangat penuh, serta pemain bass yang sedikit mengingatkan saya pada nihilis legendaris, Paul Simonon, mereka berhasil membuat saya ikut menyanyikan potongan lirik, “percayalah bersamaku….” berungkali di salah satu lagu mereka. Lalu, Hightime Rebellion punya daya ledak visual pada sosok vokalis wanita mereka. Andai saja dia mau sedikit lebih ‘rebel’ sesuai dengan nama bandnya, saya akan rela melupakan sosok Alison Mosshart dalam benak saya.

L’alphalpha saya daulat sebagai penampil lokal paling menawan malam itu. Ini kali kedua saya menyaksikan mereka. Tetap dengan musik multi lansekap lengkap dengan bebunyian dari mainan-mainan aneh mereka, kali ini mereka berhasil memancing syahwat saya untuk ikut ‘berpetualang’ bersama mereka. Dan entah hanya kebetulan atau tidak, performa tata cahaya malam itu baru terlihat bagus saat mereka naik ke atas pantas.

Deretan musisisi lokal ditutup oleh Roman Foot Soldiers (RFS). Sayangnya, set-list yang masih asing di telinga menjadi masalah utama mereka malam itu. Ditambah dengan keputusan sang vokalis menggunakan seratus persen bahasa Inggris sebagai bahasa pengantar di atas panggung (padahal dia asli dan lahir di Indonesia), seolah menjadi tembok tebal yang menghalangi interaksi mereka di atas panggung. Lain waktu, seharusnya mereka bisa lebih baik dari ini.

Jeda sekitar setengah jam setelah RFS turun panggung, backdrop hitam polos bertuliskan “HURTS” telah membentang gagah di atas panggung. Sebuah sinyal bahwa Hurts akan tampil tak lama lagi. Dan tanpa banyak basa-basi, ‘Unspoken’ langsung dimainkan beberapa saat setelah mereka naik panggung. Berikutnya, berturut-turut hits ‘Silver Lining’, dan ‘Wonderful life’ menjadi nomor kedua dan ketiga mereka malam itu. Buat saya ada sedikit kesamaan rasa antara Hurts dengan Nine Inch Nails, terutama pada bagaimana mereka menyelimuti bebunyian synth hingga terdengar begitu agung, kelam, sekaligus dingin, seolah datang dari balik dinginnya tembok sebuah katedral.

Sempat mengalami atmosfer yang datar pada pertengahan lagu akibat beberapa lagu yang kurang familiar, penonton kembali bereaksi saat beberapa lagu seperti ’Sunday’ dan ‘Blood, Tears & Gold’ mengudara pada pertengahan konser. Ditambah dengan gimmick berupa mawar putih yang beberapa kali dilempar oleh vokalis Theo Hutchcraft dari atas panggung, saya pastikan dua lagu tersebut mampu membawa barisan penonton wanita di bibir panggung histeris. Harus diakui, sosok Theo Hutchcraft malam itu memang lebih menyerupai mafioso simpatik penguasa Sisilia ketimbang seorang frontman sebuah band synth-pop. Mungkin itu alasan utama mengapa barisan perempuan terlihat begitu rapat di bibir panggung.

Sempat membawakan sebuah cover version milik Kylie Minogue, ‘Illuminated’ dan ‘Stay’ menjadi lagu terakhir sebelum Theo dan Adam Anderson melakukan prosesi turun panggung, menunggu teriakan encore, kemudian kembali naik keatas panggung membawakan encore. Dan ‘Better Than Love’ dengan beat yang energik dipilih sebagai penutup konser mereka malam itu. Bila dilihat dari jumlah laki-laki yang tanpa sungkan menanggalkan rasa malu-nya dan ikut bergoyang hebat mengikuti beat yang keluar dari mulut sound-system, maka saya rasa Hurts telah menutup konser malam itu dengan sangat baik.

Words by Risyad Tabattala
Photos by Anugerah Suseno

0 Replies to “Gig Review: Nylon ID Music Festival & Hurts Live in Indonesia”

  1. ariesty says:

    setuju! angsa dan serigala keren banget! m/
    btw kebetulan sempet denger waktu roman foot soldiers wawancara di radio, katanya sih vokalisnya emang bahasa indonesianya nggak lancar (dia sendiri yang bilang, haha), terus denger2 dari SD dia udah tinggal di canada, baru pulang pas lulus kuliah. kayaknya emang blasteran juga deh, mukanya kebule-bulean gitu *sotoy* hahaha. mungkin pake bhs inggris terus biar ga kedengeran campur2 kayak cinta laura kali ye.
    ngomong2, great photos! 🙂

  2. Utari says:

    Sedikit koreksi, kalo nggak salah Angsa & Serigala liriknya "…dan kulihat semua masa depan di matamu, dan berjalanlah bersamaku…", bukan 'percayalah', hehe. Soalnya lagu favorit saya juga nih 😀

  3. blablabla says:

    she is what she is, not Alison Mosshart

  4. blablabla says:

    she is who she is , not alison Mosshart *revise

  5. Eric Wirjanata says:

    @ariesty lancar banget bos bahasa Indo nya. ntar gue post interview yg sama DRS. 🙂
    kalo gue pribadi sih ga apa apa…

    ini pendapat si Risyad aja.

    • ariesty says:

      ooooohhh gitu gyahahahha iya nanti ditonton deh. lagian emang gpp juga sih, malah bagus tuh masukannya risyad *sok kenal* kalo stage actnya RFS bisa lebih ga kaku kalo mas vokalisnya *ganteng by the way :p* lebih komunikatif ;-D

  6. agrasuseno says:

    @ariesty thank you 🙂 (re:photos)

  7. alex says:

    tambahan: Shore tampil pertama dan after Hurts ada after party featuring Ndeesaster, Lloyd Popp, Kiddy Bit

  8. Eric Wirjanata says:

    salam balik dari risyad.

  9. […] oia, liputan saya malam itu bisa dibaca di SINI. […]

Leave a Reply to ariesty Cancel reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *