Category: Gigs

  • #BBLive & Rockin : Suede

    Setelah melewatkan penampilan mereka delapan tahun lalu, karena saya harus merantau sebagai mahasiswa miskin ke kota lain, maka saya tidak berani melewatkan mereka kali ini walaupun harus membeli seperangkat alat komunikasi baru. And ternyata Ismaya Live memang baik selalu mengingat kita untuk diberi undangan liputan plus 3 bonus tiket untuk kuis.

    Setelah terpaksa melewatkan penampilan musisi-musisi sebelumnya karena terjebak hujan dan lain sebagainya, akhirnya saya berada di spot yang cukup pas malam itu untuk melihat band ini, bersama teman-teman dan berjumpa para pemenang kuis yang malam itu matanya berkaca-kaca sejak lagu pertama sampai pertengahan acara, didalam hati saya berkata “untung saya melakukan background check setelah mengundi, jadi tiketnya jatuh ke tangan yang benar”.

    Dibuka dengan memutar lagu Sex Pistol – Bodies kemudian tanpa banyak basa-basi mereka masuk dan membawakan setlist berikut
    This Hollywood Life
    She
    Trash
    Filmstar
    Animal Nitrate
    We Are The Pigs
    By The Sea
    Electricity
    The Drowners
    Killing Of A Flashboy
    Can’t Get Enough
    Everything Will Flow (disini lah saya melihat mata beberapa teman saya berkaca-kaca)
    So Young
    Metal Mickey (dilagu ini saya mau nyelengkat orang yang joged nya berlebihan, maju mundur kiri kanan rusuh bener)
    The Wild Ones
    New Generation
    Beautiful Ones
    # Encore:
    Lazy
    Saturday Night (dilagu ini yang menitikkan air mata lebih banyak lagi)

    great show. can’t thank the organizer enough.

    just one note, please enforce the no smoking inside the building rules.

    *photos by Anzarra

  • Final Hardrock Cafe Global Battle of Bands

    Setelah dua hari kemarin mencari calon pemenang utama yang menjadi wakil Hardrock Cafe Jakarta untuk bertarung di kelas dunia, akhirnya didapat Gugun Blues Shelter, CUTS, Pee Wee Gaskins dan the Changcuters untuk menunjukkan kebolehannya di malam final.
    Masing-masing band mempunyai kekuatan karakter yang unik dan menurut saya menarik, mulai dari CUTS dengan electroclashnya yang mengejutkan, the Changcuters yang menghibur, Gugun Blues Shelter yang tehnik dan penjiwaan nya gila-gilaan dan Pee Wee Gaskins yang penuh semangat dan anthemic, semuanya memberi intepretasi baru terhadap lagu Bon Jovi.

    Dan akhirnya terpilihlah Gugun Blues Shelter sebagai wakil Jakarta untuk bertarung, dan entah kenapa saya merasa optimis kalau kali ini Indonesia bisa bersuara lebih lantang di event dunia ini… *crossing finger and praying. 🙂


    all photos by Ardy ‘Top’ Anto

  • Love Garage : Two Doors Cinema Club, RNRM & Flight Facilities

    Sebenarnya sebelum acara Love in the Garage ini berlangsung, saya agak sedikit takut bila acara sepi pengunjung. Pertama, karena Jakarta sudah lebih dari dua hari diguyur hujan tanpa henti, jadi saya agak sedikit khawatir bila venue tiba-tiba terguyur hujan. Kedua karena Two Door Cinema Club saya pikir tidak terlalu banyak memiliki fans yang fanatic di Indonesia, khususnya Jakarta, dan mereka masih relatif baru bila dibandingkan dengan band-band indie-rock setipe.

    Kekhawatiran saya sedikit terwujud ketika menuju venue pada siang hari untuk menghadiri Press conference acara ini langit sudah mulai menunjukan gejala-gejala akan turun hujan. Begitu sampai di venue, tampak hanya segelintir wartawan yang hadir saat press conference. Bahkan ketika open gate pada pukul 15.00, tidak banyak pengunjung yang datang.

    Bahkan ketika RNRM memulai setnya, hanya beberapa orang yang memadati depan panggung. Memainkan mayoritas materi terbaru mereka, RNRM ternyata tetap mampu `memaksa` pengunjung untuk ikut bergoyang bersama beat-beat dari lagu mereka. Hanya dua lagu dari album lama yang mereka mainkan dalam set mereka kali ini, Translove dan Question.

    Selepas RNRM, saya meninggalkan venue sebentar untuk mencari makan dan kembali ke venue sekitar pukul 19.00. Tadinya saya memperkirakan bahwa acara akan berlangsung on-time, tapi ternyata pemutaran film pendek dari FutureShorts yang seharusnya berlangsung pada 18.00 baru saja dimulai. Tetapi,disinilah kekhawatiran saya mulai terbukti salah. Ternyata pengunjung sudah sangat ramai di dalam venue. Dan hujan yang dikhawatirkan akan merusak suasana juga tak kunjung turun. Tampaknya pawang hujan yang dipakai bener-bener jago..hehehe.. Panitia juga tidak sepenuhnya mengandalkan pawang hujan, mereka juga berjaga-jaga dengan membagikan jas hujan gratis bagi pengunjung untuk mengantisipasi bila hujan turun.

    Flight Facilities pun memulai setnya sekitar pukul 20.00. Duo DJ asal Sidney, Australia ini sebenarnya belom pernah saya dengar materinya, tetapi kata teman saya, saya harus menonton aksi duo ini. Terus terang, saya entah kenapa tidak begitu menikmati permainan Flight Facilities. Terkesan dragging dan membosankan. Mungkin karena memang saya belom pernah mendengar materi-materi mereka. Mungkin juga karena BPM dari lagu yang mereka mainkan sangat konstan. Beberapa pegunjung yang awalnya bersemangat berjoged saat Flight Facilities memulai setnya juga terlihat mulai kelelahan di tengah-tengah. Entah mereka sengaja menyimpan tenaga untuk penampilan Two Door Cinema Club atau mungkin mereka memang benar-benar sudah kelelahan.

    Akhirnya giliran Two Door Cinema Club menggebrak Love in The Garage. Dan ternyata animo penonton jauh melebihi dari perkiraan saya, bahkan mungkin perkiraan dari para personel Two Door Cinema Club sendiri. Dari mereka memulai set dengan lagu Cigarettes in Theater, semua penonton ikut bernyanyi bersama dan juga bergoyang mengikuti irama lagu. Tak jarang terdengar teriakan-teriakan histeris dari penonton. Dan itu juga terjadi ketika mereka membawakan lagu-lagu baru yang tidak ada dalam debut album mereka, Tourist History. Hingga I Can Talk, yang merupakan lagu terakhir selesai berkumandang, penonton tidak berhenti bergoyang. Bahkan ketika DJ Anton memulai setnya untuk menutup acara ini, masih banyak orang-orang yang membicarakan betapa puasnya mereka menyaksikan aksi trio asal Irlandia Utara ini.

    Overall, konsep acara ini sebenarnya bagus, cuma terasa sedikit tanggung dan tidak terasa padat. Satu lagi yang agak sedikit mengganggu, yaitu photo pit yang sempit karena terbelah oleh DJ Booth hehehehe.. but, Kudos buat Ismaya Live, Dimensions dan EX yang telah membawa Two Door Cinema Club dan membuat penonton tidak berhenti untuk berdansa. YEAAAAHHH!!!

    -Anthono Oktoriandi-

  • Laneway Festival Singapore 2011

    Setelah perjalanan panjang melintasi lautan, dan perjuangan melelahkan untuk mendapatkan penerbangan dengan harga yang sesuai budget, akhirnya tiba juga di lokasi Laneway Festival yang pertama kali diadakan di Singapura ini.

    Dengan mengantisipasi seluruh penampil hari itu (Warpaint, Ladyhawke, Beach House Deerhunter, !!!, Holy Fuck, Yeasayer, Foals dan Temper Trap) maka saya memutuskan untuk datang lebih awal supaya tidak tertinggal satu pun penampil.

    Dan berturut-turut 9 band tersebut tampil, dan ribuan penonton terlihat menikmati dan tetap ceria walaupun hujan deras tidak ada berhentinya mengguyur arena dari awal sampai habis. Jadi sebagian besar penonton menggunakan poncho yang dibagikan gratis oleh panitia, sebagian lagi menggunakan payung dan sebagain lagi main lumpur.

    Semua band yang tampil mencuri perhatian, walaupun secara personal saya memilih Warpaint, Beach House, Deerhunter, dan Yeasayer yang hari itu benar-benar membuat saya merasa beruntung karena bisa menyaksikan mereka tampil lansung.

    Beberapa yang saya ingat dan menjadi catatan adalah.
    – Rata rata band ternyata menggunakan tehnik harmonisasi vokal, noise-noise absurd eksperimental (terutama diakhir penampilan).
    – Laen kali kali nonton festival lebih baik bawa tikar, payung, bangku kecil dan snack dan minuman slundupan.
    – Pake sepatu yang nyaman.
    – Bawa baju ganti yang dimasukan kedalam kantong kedap air.
    – Bawa duit yang banyak buat belanja merchandise.
    – DJ nya memainkan hits-hits anak indie, dan tampilan mereka sangat manusiawi. satu kurus satu gemuk.


    Foto-foto oleh Ariel Williams