Mendengarkan ‘Menari dengan Bayangan’

FeaturedGigs

Written by:

Hindia adalah projek solo dari Baskara Putra yang belum ditentukan akan menjadi band atau tetap proyek solo. Jika didibaca-baca liriknya tentu akan terasa kalau lagu-lagu di Hindia untuk saat ini lebih banyak bicara masalah personal mengenai relasi dengan orangtua, pacar, teman atau kegalauan mengenai masa depan.

Tema-tema yang sangat relevan di masa quarter life crisis.

Salah satu bagian yang relevan bagi saya pribadi adalah saat ‘Wejangan dari Mama’ terdengar. Bagian itu mengingatkan di waktu saya ingin masuk ke fakultas seni rupa namun kesasar ke Hubungan Internasional, kemudian berhenti dari pekerjaan yang bisa dibilang ‘aman’ demi bisa bekerja dari rumah.

Mama saya rupanya memperhatikan mood saya yang jarang terlihat bagus saat harus bangun pagi dan pulang kerja. Tentu saja saya tidak bercerita masa-masa nyumpet di WC karena saya merasa harus menarik nafas atau menahan diri supaya ga keliatan lagi kesal atau tertekan. Sungguh tidak nyaman tentunya, mengatur nafas di WC. Tapi satu-satunya tempat ketutup yang ada aliran air untuk membasahi muka ya cuma WC.

Tidak banyak teman untuk bercerita waktu itu, karena saya baru balik ke Jakarta setelah 8 tahun di Bandung. Teman-teman saya kebanyakan masih di Bandung dan yang di Jakarta juga lokasinya jauh-jauh. Jadi ya cuci muka dan diem dulu di WC adalah pelampiasan.

Setelah lewat 10 tahun saya perhatikan di timeline twitter, rupanya saat ini banyak juga yang demikian. Tidak sedikit mereka yang terpaksa bekerja di lingkungan yang tidak nyaman. Mungkin mereka ingin bisa mandiri atau memilih kantor yang lebih menyenangkan tapi ya ga mudah. Sama seperti saya 10 tahun yang lalu; WC adalah tempat mereka menyepi sejenak.

Karena itu saya bercerita ingin bekerja mandiri ke ibu saya, awalnya beliau masih bertanya “Yakin?” dan selalu begitu sampai akhirnya saya resign ga pakai cerita.

Kemudian cerita selanjutnya tampaknya tidak jauh berbeda; saya memutuskan kerja mandiri di bidang musik terlepas dari institusi besar, sementara Hindia memutuskan bermusik.

Dan kekhawatiran mama-mama itu masih saja sama bahkan setelah satu dekade. Khawatir anaknya laper kalau kerja ga “jelas”.

Tapi saya rasa jika tidak ada wejangan mama; Baskara mungkin tidak merasa perlu membuktikan kalau ia bisa berhasil bermusik untuk meyakinkan mamanya supaya beliau ga usah khawatir anaknya bakal hidup susah.

Memperdengarkan Wejangan Mama ini cukup sukses memberi gambaran inspirasi dan proses kreatif album perdana ini.

Baskara Putra
Baskara Putra/Hindia



Untuk albumnya sendiri, menurut saya kekuatan terbesarnya adalah di liriknya yang memiliki empati pada diri sendiri. Ga terlalu ribet menjadi puitis atau berbunga-bunga, bahkan tidak pusing menggunakan kata-kata yang tidak baku.

Penggunaan kata ‘Sender’ daripada “sandar” misalnya.

Saya rasa jika saat ini bisa menikmati lirik-lirik di album ini, tetap akan terasa relevan di masa kapanpun. Karena masalah relasi, impian dan keinginan untuk berguna itu selalu ada.

Musiknya sendiri walaupun enak didengar tapi repetitif seperti .Feast tapi versi Hindia. Ada masanya saya ngantuk-ngantuk bosan mendengarkannya tetapi membaca liriknya membuat album ini lebih segar.

Nantikan albumnya rilis tanggal 29 November 2019.

Sementara itu ini adalah single favorit saya. Karena dunia memang ga pernah adil.

Comments are closed.