Detroit tidak habisnya melahirkan band-band hebat, dari MC5 hingga The White Stripes merupakan jaminan mutu akan hasilnya. Protomartyr merupakan salah satu nama besarnya yang lahir di tahun 2010 keatas. Seperti mengawinkan Wire dengan Iceage berceloteh lirik-lirik puitis a la Nick Cave. Tentunya bukan diskusi berbobot tentang puisi senja. Unit kebanggaan Detroit ini pun diboyong oleh Winona Tapes dan 630 Recordings yang merupakan juga rangkaian tur ASIA mereka.
Setelah Malaysia, destinasi Protomartyr selanjutnya adalah Jakarta yang sengaja dipilih sebagai penutup tur di Rossi Music Fatmawati. Sebagian banyak penonton berpakaian kemeja masuk ke dalam, bukan karena seolah-olah ini malam ‘post punk’ tapi memang hari dan jam yang ditentukan merupakan hari Kamis (21/6) dan waktu pulang kantor. Crayola Eyes didaulat sebagai pembuka pertama. Hey, apa kabar mereka? (1) setelah merilis split 7” bersama Bin Idris mereka makin mempertajam formasinya dengan Bayu dari band Napolleon di formasi gitar yang terdengar cukup intens di tatanan musik Crayola. Perubahan itu bisa didengar dari lagu terakhir “Baby May” yang terdengar lebih bagus ketimbang penampilan-penampilan sebelumnya. Reno Nismara selaku vokalis terlihat lebih dingin dari biasanya. Tidak banyak cakap, langsung pada tujuan, dan menghabiskan set malam itu dengan klimaks. Walau sering beberapa kali kerabat melempar sahutan canda “Sawiii sawiii” untuk Sawi Lieu di posisi keyboard.
The Porno dengan formasi bertiga merupakan kejutan besar. Hey, apa kabar mereka? (2) kini personil yang tersisa ada Yanu (Bass), Ami (Gitar/Vokal) dan menambah Wing Narada (vokal/synth). Walaupun terlihat minimalis dengan format trio, tak mengurangi kagum penonton. Seperti antusiasnya di belakang saya yang berujar “Nah! Ini baru post punk!”, yang dalam hati saya merespon “uopooooo!”. Tinggalkan angan kalian akan mendengar materi-materi Subliminal dibawakan malam itu. Nyatanya banyak nomor-nomor baru seperti single terbaru mereka “The Moon” yang rilis di bawah bendera Heaven Punks. Tapi terlebih dari semua itu, mereka membawakan “Pale Spectre” dari The Wake dengan cukup baik dengan instrumen seadanya. A+ untuk The Porno.
Menggunakan jas, snapback (yang akhirnya dilepas), sambil menenteng bir kaleng Joe Casey berceloteh panjang lewat lirik-liriknya. Bercerita tentang kuda, kaktus yang mekar di malam hari, sampai krisis air di Flint, Michigan dan masih seputar Detroit-sentris kota asal Protomartyr. Stok bir di atas panggung tak kunjung habis. Hampir seluruh materi Relatives of Descent ia bawakan. Tak urung banyak penonton yang menikmatinya dengan penuh seksama sambil angguk-angguk kecil. Dan lagi-lagi ada yang berkomentar “liriknya berintelek banget!”. Siyaaap. Tapi yang tahu pasti di luar lirik yang katanya “intelek” mereka masuk daftar kategori band favorit saya. Sebagai encore…
Eh gak ada encore, mereka menuntaskan dengan sempurna lewat lagu “Half Sister”.
Winona Tapes dan 630 Recordings lagi-lagi menjadi dua nama penyelenggara yang sukses mendatangkan band luar negeri dengan kurasi ciamik. Mungkin ke depannya bisa mengundang Parquet Courts? Mungkin.
Photo : Haviz Maulana