Adrian Adioetomo menceritakan cinta yang kejam dan pembunuhan yang lembut di album ketiga.

FeaturedReviews

Written by:

Adrian Adioetomo merilis Violent Love, Gentle Kill sebagai album ketiga di bulan Februari 2021, beberapa waktu lalu. Sebuah album yang menjelajah sisi muram Adrian Adioetomo lebih dalam lagi. Lahir di masa pandemi, waktu di mana kita terpaksa lebih banyak di rumah saja, masa kehilangan dan suram.

“Pandemi ini telah berjalan cukup lama. Saya yakin ini telah dapat membuat orang berkontemplasi akan dirinya sendiri. Tak terkecuali saya,”

“Sementara untuk musiknya sendiri, blues harus berevolusi agar tetap relevan. Terutama untuk kelangsungannya di masa depan. Jadi saya rasa album ini adalah sedikit kontribusi saya untuk maksud itu.”

Adrian Adioetomo Violent Love, Gentle Kill

Adrian Adioetomo sendiri telah membangun karakter delta blues yang muram sejak album kedua “Karat & Arang” sebuah double album dengan lirik berbahasa Indonesia. Kemudian sekarang hasilnya adalah sebuah album yang berkarakter sangat kuat; Violent Love, Gentle Kill.

Dibuka dengan single Burning Blood, Cold Cold Blood. Intro steel guitar dengan slide yang ‘dihiasi’ bunyi distorsi, disambung dengan ‘lolongan’ vokal Adrian Adioetomo. Saya berfikir ini seperti kalau Adrian jamming dengan Danzig, tapi kata Adrian track ini lebih banyak terpengaruh Nick Cave. “Bahkan permainan pianonya tereferensi langsung dari “From Her to Eternity” dari Nick Cave” lanjut Adrian.

Iya juga, album ini memang terinspirasi dari Nick Cave, tokoh yang menginspirasi Adrian Adioetomo semasa ia menetap di Australia.

Sesi ngobrol album “Violent Love, Gentle Kill” bareng Adrian via WA akhirnya berujung dengan ia berbagi berbagai referensi dan cerita band-band Nick Cave lain seperti The Birthday Party, The Boys Next Door sampai Grinderman.

Album ini sendiri adalah perjalanan, kadang lagunya terdengar agresif seperti ‘Burning Blood, Cold Cold Blood, kadang indah kayak “Underneath the Ground” yang seindah suasana kuburan di hari yang cerah, kadang penuh harapan seperti “Silver Lining (a Letter to Baraka) sebuah lagu berisi pesan untuk anaknya. 

Album ini ditutup oleh “Restless”, yang tampaknya bertemakan keikhlasan dalam menerima cobaan hidup.

“All the sky is turning red, bleed into my bed (and) I’ll be lying here condemned until I am dead.”

Adrian Adioetomo Violent Love, Gentle Kill
Adrian Adioetomo Violent Love, Gentle Kill

Sebuah album yang kompleks dan penuh kejutan, kurang lebih sama dengan hidup, yang seringkali kisah cinta berisikan kekejaman sementara pembunuhan bisa berlangsung dengan lembut.

Tapi supaya gampang, anggap saja album ini adalah fusi dari delta blues, gothic, post-punk dan glam. 

Sebuah rilisan terbaik tahun ini, di Indonesia, bahkan internasional. Menurut saya.

Comments are closed.