Setelah berjibaku dengan kemacetan Jakarta yang luar biasa (untungnya saya mempersiapkan waktu untuk macet), tiba juga di Balai Kartini beberapa saat sebelum pintu masuk ke theater Nusa Indah dibuka. Tidak menunggu lama saya menuju balkon dan mendapati posisi duduk menghadap panggung yang begitu curam dan tinggi mengingatkan pada wahana kora-kora di Dufan, akibat faktor usia yang mempertinggi tekanan darah, tentu saja itu bukan posisi yang menguntungkan, untung saja sebutir permen pelega tenggorokan dan mengatur pernafasan cukup membantu dalam menenangkan diri.

Tidak beberapa lama kemudian, sesosok tubuh yang selama ini cuma saya lihat di kover kaset/CD/video/youtube muncul dengan wajah yang tampak lebih tua 15 tahun dari wajah Ben Folds di kaset “Whatever and Ever Amen” (kaset pertama yang saya miliki),

Setelah sambutan meriah saat sosok itu memasuki panggung, tokoh yang saya kagumi ini memainkan Effington, yang dilanjutkan “Annie Waits”, “Smoke”, dan sekitar 24 atau 25 lagu lain yang sudah familiar dengan para penonton yang memenuhi Nusa Indah Theater saat itu.

Dan saya rasa ia tidak membawa setlist yang pakem, dan menerima permintaan fans untuk membawakan suatu lagu tertentu, dan ada saat ia menolak membawakan suatu lagu dan melakukan improvisasi menyanyikan alasan kenapa ia tidak ingin. Lalu dilanjutkan dengan lagu “Still Fighting It”

Bukti bahwa sebagian besar penonton yang datang itu die hard fans yang betul-betul menanti Ben Folds datang setelah belasan tahun adalah mereka semua tanggap dengan ajakan Ben untuk bernyanyi mengiringi lagu, termasuk saat para penonton mengisi bagian Regina Spektor dilagu ‘You Don’t Know Me” dan saat ia memandu para penonton untuk menyanyikan melodi harmonisasi yang terdiri dari 3 suara, sebuah moment yang magis.

Pada saat encore, ia membawakan “One Angry Dwarf and 200 Solemn Faces” disambung dengan “Army” lalu untuk mencegah permintaan encore lanjutan, panitia lansung menyalakan lampu.

Sementara para penonton pulang dengan puas.

photo by : Anzarra