Interlude vol.5 w/ Adhitia Sofyan & Luky Annash

Calendar

Written by:

Bisa jadi musik bergaya folk sedang di gemari di Indonesia dengan munculnya band/duo/soloist yang rame-rame rilis albumnya akhir-akhir ini. Adhitia Sofyan adalah satu satu dari solo artis yang berhasil mencuri perhatian pecinta folk minimalis selain Endah N Rhesa. Beyond Productions tengah bersiap-siap untuk menampilkan soloist yang sedang popular ini dan akan di pasangkan dengan seorang pianis yang tengah bersolo karir bernama Luky Annash. Ya Interlude ke 5 kembali akan di gelar di Hard Rock Café Jakarta pada tanggal 5 Juni 2011, namun kali ini Interlude akan dimulai lebih sore dari sebelumnya, yakni dimulai jam 15 s/d jam 19 malam. Banyaknya usulan penikmat music yang hadir di Interlude sebelumnya agar penyelenggaraan di majukan jamnya akhirnya di akomodir oleh pihak venue Hard Rock Café Jakarta.

ADHITIA SOFYAN

Adhitia Sofyan (32), awalnya adalah Creative Director di sebuah perusahaan konsultan pemasaran online, sejak awal tahun 2008 Adhit telah memulai membuat komposisi akustik dan kemudian dia mengirimkan beberapa lagu ke beberapa radio lokal untuk segment indie scene . Sampai pada kahirnya lagu ‘Adelaide Sky’ dan ‘Memilihmu’ menduduki tangga nomor 1 di radio Prambors FM untuk segment Indie chart Nubuzz selama berminggu-minggu.

Dari sanalah Adhit memulai perjalanan musiknya di scene indie music. Adhit banyak melakukan pertunjukan musiknya di berbagai event di seluruh Indonesia mengenalkan komposisi-komposisi yang selama ini dia buat dalam kamarnya (bedroom studio). Lagu Adelaide Sky diminta untuk menjadi soundtrack film layar lebar “Kambing Jantan” yang ditulis oleh blogger terkenal di Indonesia / penulis Raditya Dika, diarahkan juga oleh sutradara terkenal Rudi Sudjarwo.

Adhitia juga merilis albumnya secara online dan dapat didownload secara gratis, ini merupakan sebuah strategi baru agar musiknya dapat lebih luas di jangkau. Saat ini Adhitia memiliki dua album, Quiet Down yang tersedia di too-toko CD dan album ke-2 (unofficial album) bertitle Forget Your Plans, yang dapat di download secara gratis di blog pribadinya www.adhitiasofyan.wordpress.com

Adhitia pernah juga tampil di publik negara tetangga singapura. Prestasi yang pernah diukir Adhitia antara lain penghargaan dari ICEMA, Indonesian 1st Cutting Edge Music Award sebagai Favorite Singer- Songwriter dan Favorite Artist Solo, dan pernah pula tampil di Harmoni SCTV, sebuah konser musik bergengsi yang diadakan sebulan sekali dengan komposer Andi Rianto dan Magenta Orchestra.

LUKY ANNASH

Gambaran umum mengenai seorang penyanyi pria yang bermain piano selalu dikaitkan dengan musik yang terkesan manis dan romantis. Namun hal tersebut tidak sepenuhnya terterapkan kepada Luky Annash. Luky memutarbalikkan peran sang pianis yang bermain piano dengan sang piano lah yang memainkan sang pianis melalui lagu-lagunya yang liar, personal dan penuh dengan emosi.

Luky Annash adalah anak ke-3 dari 3 bersaudara. Kedua kakaknya, Eka dan Rully Annash telah terlebih dahulu dikenal melalui sebuah grup musik beraliran rock bernama The Brandals. Luky mulai bermain piano semenjak umur 12 tahun. Dia dilatih untuk menjadi seorang pianis konser klasik namun memutuskan untuk keluar dari sebuah institusi musik klasik karena ketertarikannya yang lebih kepada Nirvana ketimbang Mozart. Kecintaannya terhadap musik kontemporer dirasa memberinya lebih banyak keleluasaan dalam mengeksplorasi bakat dan keinginannya.

Pada tahun 2004 hingga 2005 Luky bermukim di Singapura untuk melanjutkan studinya. Eksistensi yang begitu asing menghantarkan dia kembali kepada passion untuk musik yang dia tinggalkan di Jakarta. Disana Luky mulai menulis lagu dan memupuk pengalaman bernyanyi dan bermain pianonya di beberapa bar kecil untuk juga menambah uang saku. Hingga pada tengah tahun 2005, dia kembali ke Jakarta dan mulai bermain sebagai additional keyboardist untuk The Brandals dan seorang biduanita eksentrik bernama Tika.

Pengaruh musikalitasnya berasal dari berbagai macam jenis musik: mulai dari sesama penyanyi/pianis seperti Tori Amos, Kate Bush, Harry Nilsson dan Billy Joel, lalu musisi-musisi elektronik seperti Bjork, Baxter dan Apparat, hingga jenis yang lebih cadas seperti PJ Harvey, Slayer dan Motorhead, ataupun para komposer musik untuk film seperti Phillip Glass, Patrick Doyle, dan Danny Elfman. Musik dan performa panggung Luky Annash dapat mengejutkan, melankolis, humoris dan juga provokatif. Emosi yang dialirkan melalui musiknya begitu kuat hingga diakui oleh sebuah majalah franchise dari London, Time Out Jakarta, “something that the audience can almost touch”. Fleksibilitas musik Luky Annash terbukti dalam album 180°, dimana lagu-lagu yang terkumpul dapat menjadi kontras antara satu sama lainnya, namun tetap mengedepankan peranan piano sebagai instrumen utamanya.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *