Intro
Morning Blue
Psycho Jazz Records 2004
3.3
Semua orang mencintai Radiohead bukan? Dari bapak, ibu pacar kakak anda, nenek, tetangga sebelah, tetangga di depan, ayah tiri, pembantu teman baik anda, semua dapat menikmati Radiohead. Bahkan kabarnya akan diresmikan sebuah hari libur resmi Radiohead, dimana semua orang dapat menggerutu dan pura-pura memiliki perspektif yang dalam dan pesimis tentang keadaan dunia saat ini dilihat dari filosofi Neitzhcie. Pada setiap perayaan Radiohead day, nenek akan memotong kue berbentuk komputer yang rusak, tentu saja sebagai simbolik polemik yang timbul akibat runtuhnya kulturalisme oleh tirani teknologi yang diciptakan oleh para kapitalis yang menciptakan alat-alat ?dingin?, ?kejam?, dan tidak berguna, seperti komputer dimana saya mengetik review ini sekarang.
Dan di hari indah tersebut, semua umat manusia mendapat suguhan festival musik yang dipenuhi band-band yang dengan bangga memakai badge ?radiohead-influenced-band?. band-band berbakat seperti Padi, Muse, Taboo, Lain, dan tentunya Morning Blue; akan mengeluarkan rendisi melodrama mereka sendiri tentang kehidupan sehari-harinya yang terusterang sedatar dada Gwyneth Paltrow pada saat menerima Grammy Awards.
Tidak ada yang salah dengan influence, tapi lagu-lagu cinta remaja dengan judul muram/puitis/emo-tronika seperti ?Demi Asa?, ?Dengarkan?, dan ?Terlahir Sepi? yang berharap bahwa ?bobot? akan timbul dengan sendirinya jika kita cukup banyak memasukan nada nada minor dan vokal falsetto overdramatis, adalah lebih dari membosankan dan pretensious. Sedikit jazz freeflow di ?Walau Sedetikpun? menolongnya menjadi sebuah lagu jazz pop yang dapat setidaknya dapat diterima oleh kuping. Namun pada akhirnya, yang menjadi titik jenuh di hampir semua karya Morning Blue adalah melodi-melodi yang sangat lemah; mengalun sebentar untuk kemudian pergi dilupakan. Refrain yang tidak pernah mengambil pembelokan nada yang dramatis dari verse-verse awal, maupun ke ?rapi? an permainan instrument yang berlebihan dan mengambil nyawa-nyawa dari lagu-lagu tersebut.
Unsur ?mati? yang juga didapat dari rekaman yang jauh terlalu bersih dan ?top 40? untuk sebuah band yang seharusnya mengambil unsur ?kehidupan di antara mesin-mesin mati? yang diciptakan oleh suhu mereka; Radiohead. Hal tersebut tidak lebih jelas seperti di lagu ?Walau sedtikpun?, yang sebenarnya adalah sebuah lagu pop modern yang seharusnya dapat ?menyentuh? pendengar dengan jauh lebih kuat dibanding versi rekaman yang lebih terdengar seperti lagu cinta ADA band ini. Hal tersebut pun, terulang lagi di lagu ?You (gave me)?, yang setidaknya dengan bahasa Inggrisnya dapat mencontek saat-saat depresi melakolis Radiohead dengan sempurna, namun pada akhirnya terdengar lebih seperti?well; sebuah band asia beraksen aneh yang mencoba mencontek Radiohead.
Tidak ada lagi yang dapt dikatakan tentang Intro ataupun Morning Blue. Apa yang dapat diharapkan? Bahwa mereka begitu sempurna menjadi Radiohead sehingga seoarang produser akan berkata ?Wow, gue mau band yang mirrriiip banget dengan Radiohead!? ? Pada akhir apocalypse impian Thom Yorke, Lain dan Morning Blue akan berada di ujung, berperang dan berdoa bahwa mereka akan bertahan di seutas tali pengadilan kontes kecantikan sang kepala radio, dan kita? Kita tidak akan ada yang peduli.
Robert Marcus, February 2005