BERMAIN SELULOID BERSAMA LAB LABA­LABA

Calendar

Written by:

Lab Laba Laba

Lab Laba­Laba mengajak kawan­kawan semua untuk bermain dan berkenalan kembali dengan seluloid. PAMERAN LAB LABA­LABA akan berlangsung setiap akhir pekan, dari 4 sampai 26 April 2015, di Perum Produksi Film Negara (PFN). Akan ada pameran, workshop seluloid, diskusi, tur laboratorium, dan pentas musik.

PAMERAN LAB LABA­LABA adalah wujud dari hasil berproses Lab Laba­Laba selama setahun lebih di PFN. Hampir setiap minggu, sekumpulan anak muda ini meberdayakan kembali laboratorium di gedung bersejarah itu: bereksperimen dengan perangkat analog film, merumuskan larutan kimia untuk memproses pita seluloid, mendata materi audiovisual koleksi PFN, membersihkannya satu per satu, dan pada akhirnya mengkaryakan pengalaman mereka bermain dengan seluloid selama setahun lebih. Tidak semua anggota Lab Laba­Laba pekerja atau pegiat film, tidak semua juga berlatarbelakang pendidikan teknik kimia.

Akan ada sebelas karya dari dua belas seniman: Edwin, Tumpal Tampubolon, Anggun Priambodo, Dyantini Adeline, Yovista Ahtajida, Rizki Lazuardi, Fransiskus Adi Pramono, Ruddy Hatumena, Luftan Nur Rochman, Ari Dina Krestiawan, Anton Ismael, dan MG Pringgotono. Semuanya mengkaryakan seluloid dalam beragam bentuk—rekaman audiovisual, animasi, instalasi.

Melengkapi semua itu ada sajian kuliner dari Warung Pa’e serta sajian musik hasil kurasi Pepaya Records yaitu: Mondo Gascaro, Adrian Adioetomo, Glovvess, Crayola Eyes, Neowax, Napolleon, Alahad Lbn, Radioage, Kracoon, Animalism, MMS, Future Collective, dan Bin Idris.

PAMERAN LAB LABA­LABA merupakan bagian dari program Mengalami Kemanusiaan, yang dibuka dengan acara FILM MUSIK MAKAN pada 21 Maret lalu di GoetheHaus Jakarta. Selama bulan April juga, bersamaan dengan pameran ini, ada program pemutaran #KOLEKTIFJAKARTA di Kineforum DKJ, Taman Ismail Marzuki. Diputar tiga film pendek terbaru babibutafilm hasil kolaborasi dengan Hivos Institute: The Fox Exploits the Tiger’s Might karya Lucky Kuswandi, Kisah Cinta yang Asu karya Yosep Anggi Noen, dan Sendiri Diana Sendiri karya Kamila Andini. Ada juga film­film Indonesia kontemporer macam Siti karya Eddie Cahyono dan Tabula Rasa karya Adriyanto Dewo, serta film klasik macam Istana Kecantikan karya Wahyu Sihombing dan Suci Sang Primadona karya Arifin C Noer.

Comments are closed.