Kejutan Baru di RRREC FEST IN THE VALLEY 2016

event musikeventsNews

Written by:

RURU Corps dan Rakata Adventure kembali menggelar RRREC Fest in The Valley untuk ketiga kalinya pada 9 – 10 – 11 September 2016 di Tanakita Camping Ground, Situ Gunung, Sukabumi, yang terletak di dalam area Taman Nasional Gunung Gede Pangrango.

RRREC FEST IN THE VALLEY adalah festival musik alternatif 3 hari 2 malam sebagai sarana liburan akhir pekan / weekend getaway – music camp yang diadakan untuk memberikan pengalaman baru dengan menyediakan sebuah platform bagi terciptanya titik pertemuan, serta tempat saling berbagi pengetahuan di antara penikmat festival musik, musisi, seniman, aktivis, warga setempat, dan publik dari lintas disiplin lintas generasi; yang semuanya akan berkemah, berkumpul, dan bersenang-senang bersama dalam suasana nongkrong bareng yang intim, hangat, dan nyaman.

RRREC FEST IN THE VALLEY berisikan rangkaian program yang meliputi: pertunjukan musik, pemutaran film layar tancap, teater, residensi seniman, workshop, bincang-bincang, dan program anak. Dalam penyelenggaraan yang ketiga ini, kami merancang aneka program yang lebih bervariasi agar bisa memberikan pengalaman baru bagi suasana liburan akhir pekan di alam terbuka yang menyenangkan dan berkesan. Program-program ini dirancang oleh tim kurator festival: Pasangan Baru (Dimas Ario dan Nastasha Abigail) dan The Secret Agents (Indra Ameng dan Keke Tumbuan).

Tahun ini, RRREC Fest in The Valley memberikan perhatian khusus pada hubungan dengan lingkungan dan masyarakat setempat di sekitar area Tanakita Camping Ground. Untuk itu, diadakan beberapa program yang fokus pada tujuan menjalin hubungan tersebut, yaitu program Residensi Seniman di Kampung Pesanggrahan bersama thepopo, program Film Layar Tancap di Kampung Babakan Kembar yang akan memutarkan film klasik nasional “Tiga Dara” (1956) karya Usmar Ismail, yang baru saja direstorasi. Program film ini didahului dengan workshop Gerobak Bioskop, yaitu model pemutaran film keliling yang bisa diaplikasikan di mana pun yang difasilitasi oleh Jatiwangi art Factory (JaF) bekerja sama dengan komunitas seni Mesin Suara (Sukabumi). Selain itu, diadakan workshop paduan suara eksperimental Raung Jagat oleh Rully Shabara yang turut mengundang peserta yang tinggal di wilayah Situ Gunung, dan sebuah proyek kerja sama antara RURU radio dan Rakata Adventure yang akan menginisiasi proyek perekaman Rain Forest Recording sebagai bagian dari usaha konservasi hutan tropis. Dengan maksud yang sama, kami juga mengadakan program home stay yang menjadikan rumah warga sebagai tempat tinggal peserta festival.

Program musik tahun ini menampilkan musisi-musisi pilihan dari beragam jenis musik, usia, dan latar belakang. Di antaranya, kami anggap memiliki karya-karya yang inspiratif, yang karyanya bersifat klasik, dan para musisi yang telah terbukti konsistensinya dalam berkarya, serta beberapa pendatang baru yang menyimpan potensi istimewa. Ada kelompok qasidah perempuan legendaris nasional Nasida Ria yang aktif berkarya sejak 1975 hingga sekarang, ada juga pasangan etnomusikolog yang membentuk kelompok musik Suarasama untuk mengembangkan musik tradisi Sumatra Utara ke wilayah musik kontemporer, dan ada juga musisi-musisi eksperimental perempuan: SARANA dan Sonotanotanpenz. Kami juga menghadirkan band-band yang namanya tengah berkibar di kancah musik Asia Tenggara, yaitu Yellow Fang, Dirgahayu, dan Bottlesmoker. Para dedengkot dari generasi awal tahun 2000 yang terus berkarya dan kini mulai beraksi lagi, yaitu Harlan dan The Adams. Tak ketinggalan, deretan singer songwriter menawan hati yang memainkan musik folk dengan karakter dan narasinya masing-masing: Sisir Tanah, Jason Ranti, dan Leanna Rachel. Sementara atmosfer keriaan malam hari akan dinyalakan oleh grup digital hardcore Racun Kota dan dimeriahkan oleh rombongan selektor musik kesayangan Beergembira, Metzdub, Elektro Virgo Ago Go, Sattle, Viva Los Amigos, dan oomleoberkaraoke.

Untuk pertama kalinya, tahun ini, kami mengadakan pertunjukan teater dengan menghadirkan salah satu kelompok teater boneka Indonesia terpopuler yang mendunia, yaitu Papermoon Puppet Theatre. Bukan hanya mengadakan pertunjukan, namun mereka juga nanti akan memberikan workshop dan tentunya berinteraksi dengan peserta festival.

Program Bincang-bincang terdiri dari beberapa sesi, mengundang mereka yang aktif berkarya, bekerja, dan bergerak menyebarkan pengetahuannya serta membagi pengalamannya dalam praktik kerjanya masing-masing kepada publik. Ada bincang-bincang soal musik dalam berbagai topik, yaitu pertama mengenai “Berdikari dengan Musik” dengan pembicara Rudolph Dethu (manajer, promotor, penulis musik) dan Iit Boit (pemilik toko Omuniuum, promotor, produser), yang akan membincangkan bagaimana sebuah band dapat hidup dan berkembang menjadi sebuah entitas kesenian sekaligus kelompok kreatif yang mandiri, serta bagaimana musik bisa menjadi sumber pendapatan bagi orang-orang yang hidup di dalamnya. Kedua adalah “LOKALwisdom” yang akan menampilkan cerita-cerita menarik dari geliat komunitas subkultur kota-kota di luar Pulau Jawa. Bagaimana kehidupan berkesenian di kota-kota tersebut dan strategi mereka untuk membuat denyut kreativitas terus hidup; menghadirkan Suarasama dan SARANA. Ketiga adalah rangkaian seri South East Asian Music Network dengan tema “Touring Band”, yang didukung oleh AirAsia Indonesia selaku official airline partner. Program ini telah menjadi salah satu medium untuk saling berdiskusi dan membangun jaringan di antara negara-negara Asia Tenggara. Pada sesi kali ini, akan berbicara mengenai pengalaman band dari negara-negara di kawasan dalam menjalani tour internasional dengan Dirgahayu, Yellow Fang, dan Bottlesmoker. Program Bincang-bincang musik ini akan dilengkapi dengan workshop merancang identitas band dan karya musiknya yang akan menghadirkan presentasi dari Wok The Rock (seniman, kurator, produser, pemilik net label YesNoWave) dan Harlan Boer (pemusik, penulis, produser).

Selain soal musik, akan ada sesi bincang-bincang mengenai sumber energi dan ketahanan pangan. Diskusi ini ingin membicarakan bahan pangan selain beras yang masih bisa ditemukan di pasar-pasar tradisional di pelosok Indonesia. Selain itu, diskusi ini juga ingin membahas secara serius maupun spekulatif tentang jargon ketahanan pangan yang dewasa ini sering didengung-dengungkan. Sebagai pembicara adalah Lefidus Malau (detektif tumbuh-tumbuhan), Rahman Satria Adi (Rakata Adventure Team), dan Bagus Dwi Danto (Sisir Tanah). Kemudian, RURU Kids juga akan mengelola sebuah kegiatan lokakarya bagi anak-anak.

poster_rrritv

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *