Sore itu saya baru saja mendownload album no3 dari Atilia Haron di Spotify saya. Album no.3 ini dibuka dengan track “Silly Little Thing” yang merupakan hasil intrepretasi ulang lagu milik Sore, band yang setengah personelnya akan membuka konser No3 ini di Jakarta.
Saya mencoba mendengarkan album hasil download ini di perjalanan menuju venue dan mencoba mencerna lagu-lagunya. Dalam hati saya berfikir kalau lagu-lagu ini akan lebih ‘komplit’ kalau sudah pernah disaksikan live, dan mencari liriknya.
Maka sore itu saya tiba saat 1/2 Sore sudah memulai setnya, cuma berdua. Eca dan Ade masing-masing memegang gitar dan bertukar canda sambil main gitar dengan resah. Mungkin karena biasanya ada drum dan bass yang membantu menjaga ketukan, maka saat dua-duanya gitar, jadi rada-rada canggung ya.
1/2 Sore – Aku
Beberapa lagu dibawakan, dan ditutup dengan ‘Sssst’ yang juga salah satu track kesukaan saya.
1/2 Sore – Sssst
Tidak lama setelah itu, team teknis Atilia Haron mulai menyiapkan panggung.
Saya lupa urutan lagunya, namun single “No Fruit For Today” dibawakan di awal set.
Atilia Haron – No Fruit For Today
Lagu ini sudah saya dengarkan bertahun-tahun, via berbagai speaker termasuk speaker panggung ribuan watt. Dibawakan oleh Atilia Haron seperti mendapat jalan hidup yang berbeda. Gaya Sore yang cenderung lebih ekletik dan akhir-akhir ini juga semakin ‘raw’, menjadi lebih anggun. Menarik.
Selain lagu dari Sore, Atilia Haron malam itu juga membawakan beberapa lagu yang diciptakan untuknya dari Payung Teduh, Tompi sampai Maliq n D’essentials. Termasuk juga lagu yang membuat namanya dikenal di Indonesia; Silly Little Thing yang kali ini dibawakan duet bersama Ade Palloh.
Selain duet dengan Ade, ia juga memperkenalkan seorang solois asal Kuala Lumpur yang akan merilis album; namanya Lokman Aslam.
Ada hal yang menarik dari konser ini, yaitu Atilia Haron membawakan beberapa lagu milik ibunya. Membuat saya tertarik untuk mencari tahu lebih jauh mengenai sang ibu, dan saya senang menemukan Salamiah Hassan seorang penyanyi pop Melayu yang besar namanya di Malaysia.
Beberapa lagu sang ibu dibawakan dengan aransemen ulang menjadi khas lagu-lagu sang anak.
Kemudian setelah konser, diperjalanan pulang saya mendengarkan kembali album No3 via perangkat digital. Setelah mendapatkan napas kehidupan dari penampilan live tadi, lagu “No Fruit for Today” mendapat tempak khusus di playlist yang saya susun.
Sementara sisanya, saya rasa akan cocok untuk mereka-mereka yang menyukai musik-musik dari Maliq n D’essentials, Abdul and the Coffe Theory atau Glenn Fredly. Namun saya ga menjamin karena menurut beberapa orang yang mengaku suka band-band tadi, mereka suka band-band tersebut karena lagunya diputar di radio.
Rupanya bagi banyak orang, Radio adalah sarana supaya sebuah lagu menjadi ‘paripurna’.