Silverglaze – Essays EP

FeaturedReviews

Written by:

Tidak lama setelah EP ini diumumkan untuk dirilis, saya segera mendownloadnya walaupun satu keping CD juga sedang meluncur ke alamat rumah saya. Single pertama yang dirilis Anoa Records beberapa waktu lalu sangat menjanjikan, membuat saya ingin segera mendengarkan rilisan ini.

Sebuah EP yang dirilis dari rekaman yang sempat hilang satu dekade lalu. Hanya sempat meninggalkan jejak di Myspace dan hati beberapa insan pencinta musik yang mungkin sempat merasakan era Myspace. Sebuah rilisan yang akan menjadi klasik jika saja berhasil dirilis di awal 2000-an, saat lagu-lagu di rilisan ini direkam.

EP ini buat saya adalah wahana mesin waktu, mengembalikan diri saya yang sekarang sibuk menyambung hidup dengan segala kesibukan ke waktu di mana musik indie pop dengan distorsi hangat seperti ini didengarkan sambil tidur-tiduran di kamar kos. Membaca lirik demi lirik dan membayangkan seperti apakah band ini akan manggung nanti.

Lagu pertama mengingatkan saya pada majalah Trolley.
Lagu kedua mengingatkan saya pada event-event di Bumi Sangkuriang.
Lagu Ketiga mengingatkan saya pada kamar kos saya di salah satu lembah di Ciumbuleuit, dengan tape deck kontemporer.
Lagu keempat mengingatkan saya pada perjalanan keliling Bandung untuk mencari sponsor acara.
Lagu kelima mengingatkan saya pada perjalanan ke Lembang via Punclut sambil mendengarkan playlist dari Camera Obscura.
Lagu keenam mengingatkan saya kalau saat ini adalah masa yang berbeda. Karena sekarang Bandung penuh FO, penuh taman tanpa tumbuhan asli. Mengingatkan juga kalau saya cukup beruntung pernah menikmati scene indie pop Bandung di masa Masih Hijau Dulu.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *